Pages

>

Menjaga Lisan Agar Selalu Berbicara Baik

0 komentar
Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar" [Al-Ahzab : 70-71]

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang" [Al-Hujurat : 12]

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirs" [Qaf : 16-18]

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata" [Al-Ahzab : 58]

Dala kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan.



"Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, "Tahukah kalian apa itu ghibah ?" Para sahabat menjawab, "Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. "Beliau berkata, "Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka" Ada yang menyahut, "Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?" Beliau menjawab, "Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya"

Allah Azza wa Jalla berfirman.



"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban" [Al-Israa : 36]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa RasulullahShallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.



"Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta" [1]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.



"Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah melihat. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya" [2]

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.



"Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya"

Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim no.64 dengan lafaz.



"Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Siapakah orang muslim yang paling baik ?'Beliau menjawab, "Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya".

Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir hadits no. 65 dengan lafaz seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Umar.

Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani) menjelaskan hadits tersebut. Beliau berkata, "Hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu karena lisan memungkinkan berbicara tentang apa yang telah lalu, yang sedang terjadi sekarang dan juga yang akan terjadi saat mendatang. Berbeda dengan tangan. Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan bisa juga mempunyai pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan pengaruh lisan".

Oleh karena itu, dalam sebuah sya'ir disebutkan :

Aku menulis dan aku yakin pada saat aku menulisnya
Tanganku kan lenyap, namun tulisan tangannku kan abadi
Bila tanganku menulis kebaikan, kan diganjar setimpal
Jika tanganku menulis kejelekan, tinggal menunggu balasan.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa'id bahwa Rasulullah bersabda.



"Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga"

Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.



"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam"

Imam Nawawi berkomentar tentang hadits ini ketika menjelaskan hadits-hadits Arba'in. Beliau menjelaskan, "Imam Syafi'i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara". Sebagian ulama berkata, "Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara".

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-'Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 45, "Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan".

Beliau berkata pula di hal. 47, "Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.

Beliau menambahkan di hal. 49, "Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya".

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 2988 [3] dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.



"Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat"

Masalah ini disebutkan pula di akhir hadits yang berisi wasiat Nabi kepada Muadz yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2616 yang sekaligus dia komentari sebagai hadits yang hasan shahih. Dalam hadits tersebut Rasulullah bersabda.



"Bukankah tidak ada yang menjerumuskan orang ke dalam neraka selain buah lisannya?"

Perkataan Nabi di atas adalah sebagai jawaban atas pertanyaan Mu'adz.

"Wahai Nabi Allah, apakah kita kelak akan dihisab atas apa yang kita katakan?"

Al-Hafidz Ibnu Rajab mengomentari hadits ini dalam kitab Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam (II/147), "Yang dimaksud dengan buah lisannya adalah balasan dan siksaan dari perkataan-perkataannya yang haram. Sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan perkataan dan amal perbuatannya. Kemudian pada hari kiamat kelak dia akan menuai apa yang dia tanam. Barangsiapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya maupun perbuatan, maka dia akan menunai kemuliaan. Sebaliknya, barangsiapa yang menanam Sesuatu yang jelek dari ucapan maupun perbuatan maka kelak akan menuai penyesalan".

Beliau juga berkata dalam kitab yang sama (hal.146), "Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan senantiasa mengontrolnya merupakan pangkal segala kebaikan. Dan barangsiapa yang mampu menguasai lisannya maka sesungguhnya dia telah mampu menguasai, mengontrol dan mengatur semua urusannya".

Kemudian pada hal. 149 beliau menukil perkataan Yunus bin Ubaid, "Seseorang yang menganggap bahwa lisannya bisa membawa bencana sering saya dapati baik amalan-amalannya".

Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, "Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya".

Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda.



"Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, 'Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. 'Beliau menimpali, 'Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka".

Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi.



"Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya"

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya hadits no. 1739 ; begitu juga Muslim [4] dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah berkhutbah pada hara nahar (Idul Adha). Dalam khutbah tersebut beliau bertanya kepada manusia yang hadir waktu itu, "Hari apakah ini?" Mereka menjawab, "Hari yang haram". Beliau bertanya lagi, "Negeri apakah ini?" Mereka menjawab, "Negeri Haram". Beliau bertanya lagi, "Bulan apakah ini ?" Mereka menjawab, "Bulan yang haram". Selanjutnya beliau bersabda.



"Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram bagi masing-masing kalian (merampasnya) sebagaimana haramnya hari, bulan dan negeri ini. Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali, lalu berkata, "Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu)? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu)?"

Ibnu Abbas mengomentari perkataan Nabi di atas, "Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya ini adalah wasiat beliau untuk umatnya. Beliau berpesan kepada kita, 'Oleh karena itu, hendaklah yang hadir memberitahukan kepada yang tidak hadir. Janganlah kalian kembali kepada kekafiran sepeninggalku nanti, yaitu kalian saling memenggal leher".

Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2674 dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.



"Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun"

Al-Hafidz Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib (I/65) mengomentari hadits.



"Apabila seorang manusia wafat, maka terputuslah jalan amal kecuali dari tiga perkara .dst"

Beliau berkata, "Orang yang mebukukan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan pahala dari perbuatannya sendiri dan pahala dari orang yang membaca, menulis dan mengamalkannya, berdaasrkan hadits ini dan hadits yang semisalnya. Begitu pula, orang-orang yang menulis hal-hal yang membuahkan dosa, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang membaca, menulis atau mengamalkannya, berdasarkan hadits.



"Barangsiapa yang merintis perbuatan yang baik atau buruk, maka .."

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6505 dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda.



"Sesungguhnya Allah berfirman, "Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka kuizinkan ia untuk diperangi"


[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penulis Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al'Abbad Al-Badr, hal 22-41, Terbitan Titian Hidayah Ilahi]


Foote Note

[1] Diriwayatkan oleh Muslim hadits no. 1715. Hadits tentang tiga perkara yang dibenci ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mughirah hadits no.2408 dan diriwayatkan juga oleh Muslim.

[2] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6612 dan Muslim hadits no.2657. Lafaz di atas adalah yang terdapat dalam riwayat Muslim

[3] Tetapi lafaz hadits tersebut adalah yang terdapat dalam riwayat muslim

[4] Tetapi lafaz yang tersebut terdapat dalam riwayat Bukhari

http://www.almanhaj.or.id

»»  BACA SELENGKAPNYA...

Anak Kecil yang Membungkam Dunia selama 6 Menit

0 komentar

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yangg bernama Severn Suzuki, seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children’s Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak” lain mengenai masalah lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut:

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O – Enviromental Children Organization Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri.

Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia
yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena


berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya – hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap


bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi – tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi – dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama – perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita
semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami
membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.

Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan – kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami


menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: ” Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang ” .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun,
bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih
begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak.

Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini – kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali.

Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, ” Semuanya akan baik-baik saja , ‘kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya.”

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut
kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.


source: http://gokilonline.com/seorang-anak-kecil-yang-membungkam-dunia-selama-6-menit/

»»  BACA SELENGKAPNYA...

Perbuatan Yang Dimurkai Allah

0 komentar


Mendapatkan cinta Allah adalah keinginan semua hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, mana mungkin kita mendapatkan cinta Allah bila kita membuat-Nya murka? Untuk itu, tentunya kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang membuat Allah murka. Berikut adalah sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah.

1. Terlalu Mementingkan Dunia

Dalam QS (14:2-3) disebutkan :
“... Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat...”

Dari ayat tersebut, nampak terlalu mementingkan dunia adalah salah satu perbuatan yang dibenci Allah. Mengapa demikian? Karena ketika seseorang lebih mencintai dunia daripada akhirat, ia akan cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Yang patut diwaspadai, seringkali kita tidak sadar bahwa kita lebih mencintai dunia daripada akhirat. Misalnya saja, sudah waktunya shalat fardhu namun karena sedang asyik menonton acara TV, kita memutuskan untuk menunda shalat. Hal ini sepertinya biasa saja, namun berhati-hatilah karena bisa jadi ini merupakan salah satu tanda bahwa kecintaan kita pada dunia telah menjadi dominan.

Walau Allah melarang kita terlalu mementingkan dunia, namun ini tidak berarti kita harus hidup sengsara di dunia. Dikisahkan suatu hari Rasulullah bertemu dengan salah satu sahabatnya yang hidup sangat sengsara. Rasul kemudian bertanya, mengapa sahabat tersebut hidup sangat menderita. Dengan bangga sahabat tersebut berkata bahwa ia memang memohon agar Allah memberi dia kesengsaraan di dunia agar dapat memperoleh kebahagiaan di akhirat. Rasul kemudian mengajarkan pada sahabat tersebut doa yang lebih baik, yakni doa memohon kebahagiaan dunia dan akhirat seperti yang tertera dalam QS 2:201 :

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"

Allah tidak melarang kita berikhtiar untuk memperoleh kekayaan, ilmu, maupun hal-hal duniawi lainnya bahkan Allah menyemangati kita agar berusaha mencari bagian kita di dunia seperti yang disebutkan dalam QS 28:77 :

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Jadi tidak benar bila ada anggapan untuk menjadi orang sholeh kita harus hidup serba kekurangan. Bahkan sejumlah perintah agama seperti perintah berzakat, bershodaqoh dan naik haji pun mengisyaratkan agar umat Islam memiliki kemampuan finansial yang baik. Yang harus kita perhatikan adalah keseimbangan dalam hidup serta mempergunakan apapun yang kita miliki di jalan yang diridhoi Allah.

2. Berburuk Sangka pada Allah

Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah kecewa? Di antara sekian banyak kejadian yang Allah takdirkan pada kita, sangat mungkin ada yang terasa begitu berat hingga membuat kita bertanya mengapa Allah membiarkan hal itu terjadi. Kalau tidak berhati-hati, prasangka buruk pada Allah bisa membuat kita kufur pada nikmat Allah yang lain dan Allah melarang kita berbuat seperti itu :

“dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS 48:6)

Jangankan untuk berburuk sangka pada Allah, menyesali keputusan yang telah diambil pun kita dilarang melakukannya. Misalnya saja, untuk sampai ke kampus kita bisa mengambil jalan A atau jalan B. Kemudian kita memilih mengambil jalan A dan ternyata kita mengalami kecelakaan. Nah, kita tidak boleh mengatakan “Aduh, coba tadi lewat jalan B yah...”. Perkataan seperti itu seakan-akan kita menyesali apa yang sudah Allah gariskan pada kita.

Allah menyuruh kita untuk berikhtiar maksimal dan menyerahkan hasilnya pada Allah. Jadi, berusahalah dengan sepenuh kemampuan lalu berdoa. Soal hasil, biarlah itu menjadi keputusan Allah. Siapa tahu kejadian yang kita anggap buruk itu sebetulnya akan membawa kebaikan di masa yang akan datang.

“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216)

Apapun yang terjadi pada kita, berusahalah untuk mencari hikmah dari segala kejadian. Kalaupun hikmah itu belum terlihat, toh minimal kita mendapat ilmu baru dari kejadian yang terjadi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

3. Berpaling dari Ajaran Allah karena Sombong

Tidak jarang orang yang tidak mengikuti ajaran Allah bukan karena dia tidak tahu kebenaran, tapi karena ia terlalu sombong untuk patuh. Ini yang terjadi pada Firaun. Ia bukannya tidak tahu bahwa ajaran Nabi Musa itu benar. Namun karena keangkuhannya, ia tidak mau menuruti ajaran mantan anak angkatnya itu.

“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” (QS 31:7)

Memang, kalau kita dinasehati orang yang kita anggap lebih “rendah” – entah itu dari usia, pengalaman atau apapun – kita cenderung mengabaikan apa yang dikatakannya. Apalagi kalau perkataannya itu bermaksud mengoreksi perbuatan kita. Namun, dalam Islam diajarkan agar kita berusaha rendah hati dan menerima ilmu kebaikan darimana pun ia berasal.

4. Mengolok-olok Orang yang Mengamalkan Agama

Di awal tahun 80-an, saudari-saudari kita yang berkerudung banyak yang diusir dari sekolahnya. Mereka tidak boleh masuk ke sekolah selama masih menutup auratnya. Ketika itu memang pemahaman Islam belum menyebar seluas sekarang. Jilbab masih dianggap pakaian kuno dan sekadar mengikuti tradisi Arab. Pada dekade yang sama pun aktivitas pengajian dianggap “kampungan” dan ketinggalan zaman. Alhamdulillah pandangan semacam itu sudah semakin berkurang walau tidak menutup kemungkinan masih ada yang berpikir demikian. Nah, Allah sangat murka pada mereka yang mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama.

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS 83:29)

Di sisi lain, kita juga disemangati agar tetap istiqomah di jalan Allah. Jangan terlalu memikirkan pandangan orang lain. Asalkan kita yakin apa yang dilakukan diridhoi Allah, ya jalan saja terus. Tapi kita juga harus berhati-hati. Mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama mungkin pernah kita lakukan tanpa sengaja. Misalnya saja, bergunjing tentang orang yang berpoligami. Kalau kita memang belum sanggup untuk berpoligami, ya sudah. Tapi itu tidak memberi kita hak untuk menghina orang-orang yang melakukannya. Bisa jadi mereka justru berbahagia dan lebih dekat dengan Allah dalam kondisi seperti itu.

Contoh lain memperolok yang mungkin terjadi antara lain menghina orang-orang yang menutup aurat namun tidak matching. Misalnya saja, kerudungnya pink terang padahal bajunya berwarna kuning golkar. Nah, kita harus berusaha menahan diri dari mengomentari secara negatif. Kita justru harus menghargai itikad baik beliau untuk menutup auratnya. Intinya, kita harus menghargai orang lain. Terutama bila mereka tengah mengamalkan ajaran agamanya. Kalaupun kita merasa ada yang perlu diluruskan, diskusikanlah baik-baik.

5. Berbuat Kerusakan

Kadang ada orang yang sangat usil. Kalau berjalan dekat tanaman, daun-daunnya ia cabuti. Kalau ada di dekat tembok, ia lalu meninggalkan cap sepatu di sana. Kalau sedang ada di kendaraan, seenaknya saja membuang sampah ke luar jendela. Sebagai muslim yang baik kita tidak boleh berbuat kerusakan seperti itu.

“... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS 28:77)

Ketika mendengar kata “kerusakan”, yang dimaksud bukan saja kerusakan lingkungan. Tapi juga kerusakan moral. Maka dari itu, kita harus memperhatikan agar apa yang kita lakukan tidak berdampak dan menjadi contoh buruk bagi yang lain. Misalnya saja kalau kita menjadi orang tua. Berusahalah mengendalikan emosi agar anak tidak terdidik untuk menyelesaikan masalah dengan emosi.

6. Berbuat Khianat Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. (QS Al Hajj:38)

Khianat adalah lawan kata dari amanah yang berarti menutupi sesuatu. Orang-orang yang berbuat khianat adalah mereka yang mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks bersosialisasi pun, Allah memurkai orang yang menyebarkan rahasia (kecuali yang dibenarkan misal di pengadilan), tidak menepati janji, curang dalam perdagangan, melanggar kesepakatan dan sejenisnya.

Sesungguhnya tiap perkataan dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, janganlah menjanjikan sesuatu yang memang tidak bisa kita lakukan. Dalam kehidupan sehari-hari saja, kalau kita sering ingkar pada janji, orang akan kehilangan kepercayaan pada kita. Apalagi kalau kita berjanji pada Allah. Kita harus teramat sangat bersungguh-sungguh. Bukankah dalam sholat kita berikrar bahwa hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah?

7. Berbuat Zhalim

Zhalim adalah berbuat tidak proporsional. Entah itu pada diri sendiri, pada orang lain atau dalam apapun yang kita lakukan. Kita harus bersikap adil, pada orang yang kita benci sekalipun. Termasuk juga berbuat zhalim bila kita menganiaya diri sendiri. Rokok misalnya. Sudah jelas-jelas rokok merusak kesehatan. Maka bila kita merokok, itu artinya kita sedang menzhalimi diri sendiri. Begitupula bila ada orang yang patah hati sampai tidak mau makan dan minum. Itu juga termasuk menzhalimi diri sendiri.

Selain definisi di atas, adapula yang mengartikan kezhaliman adalah perbuatan syirik seperti yang difirmankan Allah dalam QS Luqman : 13 Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Mereka yang menyekutukan Allah adalah orang yang memalingkan diri dari kebenaran ajaran Allah. Mereka tahu apa yang diperintahkan dan dilarang Allah namun enggan mematuhinya.

8. Boros

Dalam QS (17:26-27) :
“... dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Allah tidak menyukai bila kita menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Walau demikian, itu tidak berarti kita tidak boleh memiliki apapun. Kita boleh mencari apa yang menjadi kebutuhan kita, namun kita dilarang untuk berlebihan dalam segala sesuatu.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7:31)

Sikap boros yang dimurkai Allah bukan saja memboroskan harta, namun juga memboroskan waktu, masa muda, dan lain sebagainya. Banyak sekali pencuri waktu yang sering tidak kita sadari. Misalnya saja menonton TV atau mengobrol tak karuan dengan teman. Usia adalah karunia Allah yang amat mahal. Ketika seseorang tengah menanti ajal, barulah ia merasa betapa cepatnya waktu berlalu. Kalau waktunya dihabiskan untuk hal yang sia-sia, yang akan ada hanyalah penyesalan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha agar waktu yang kita miliki dihabiskan untuk beribadah. Tentu yang dimaksud dengan beribadah di sini bukan sekadar sholat, puasa dan zakat, tapi juga menuntut ilmu, mencari nafkah dan sebagainya.

9. Bersikap Angkuh

Sifat asli manusia itu ada beberapa, antara lain: suka berkeluh kesah, mudah putus asa, kikir dan angkuh. Justru karena itu adalah bawaan kita yang natural, maka Allah memberi penghargaan yang tinggi bagi mereka yang berhasil menundukkan sifat-sifat tersebut.

“…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS 31:18)

Angkuh, membuat orang menjadi lengah. Bukankah kita lebih sering terjerembab karena hal-hal yang tidak terduga? Kalau kita sudah menduganya, tentu kita sudah mengambil langkah-langkah preventif. Begitu pula dalam hidup. Kalau kita angkuh dan merasa amalan kita sudah banyak, maka kita cenderung menganggap neraka sangat jauh dan sok yakin masuk surga. Sifat angkuh juga membuat kita mengabaikan peringatan orang dan enggan menerima masukan. Karakteristik seperti itu bisa membuat kita perlahan terjerumus.

Angkuh yang dimurkai Allah bukan hanya angkuh tentang ibadah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus senantiasa menghargai orang lain karena pada dasarnya kita tidak tahu bagaimana potensi orang tersebut. Bisa saja penampilannya sangat sederhana namun ia memiliki kemampuan yang hebat, atau ia sangat dekat dengan Allah. Oleh karena itu, Islam mengajarkan pada kita untuk bersikap ramah pada orang dan menjauhi sifat angkuh.

Penutup
Di atas telah dijelaskan sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah. Apakah ada di antaranya yang masih sering kita lakukan? Yang pasti, Allah tetap membuka pintu taubatnya selama kita masih bernyawa. Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai-Nya. Amiin.

(disarikan dari Pengajian Percikan Iman pimpinan Ust. Aam Amiruddin Divlat Telkom Jl. Gegerkalong Girang Bandung setiap hari Ahad pukul 08.00)

- Ariyanti Pratiwi -


kafemuslimah.com
»»  BACA SELENGKAPNYA...
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

 

Akhi Husain Ramadhan Design by Insight © 2009